LCP Part.III: Day 1 - Mampir di Jejamuran, Si Istana Jamur



Pas si bapak supir datang, pas banget sama jam makan siang. Di tengah perjalanan, si bapak pun nawarin kita buat rehat maksi sebentar. Kita setuju dan milih buat brenti maksi di Jejamuran, nama lucu yang terpampang segede gaban di billboard pinggir jalan.
Mobil + supir = Rp0 (termasuk dalam paket LCP)

Dari jalan besar kita belok ke jalan yang sedikit lebih kecil. Hampir nyasar ke resto yang majang nama “jamur” juga, akhirnya kita nemu Jejamuran, resto lumayan besar yang semua menunya makanannya berbahan baku jamur. Barisan nama makanan yang diprint di lembaran menu bener-bener bikin nafsu makan makin menggelora. Jamur-jamur diolah dengan berbagai resep yang familiar di telinga, tapi gak familiar diolah dengan jamur, misalnya, rendang jamur, jamur cabai hijau, sate jamur, dan berbagai gorengan jamur.

Pusing liat jejeran nama makanan yang semuanya minta dimakan, kita berdua sepakat buat milih menu yang lebih sehat, alias non gorengan. Jadilah itu sate jamur, jamur cabai hijau, dan satu lagi hidangan jamur yang namanya lupa

(anggep aja namanya jamur panggang) terpilih dari sekian menu.

Restonya lumayan besar dengan konsep oblong-oblong alias ada atap tapi gak yang ditutup dinding rapat dan didinginin AC. Alunan musik yang yaaah lumayanlah, cukup bikin banyak orang dewasa, kalo gak mau disebut berumur, ikut berdendang ria. Resto ini wajar aja agak ditiru namanya sama resto tetangga sebelah, karena Jejamuran memang penuh pengunjung mulai dari yang pake mobil pribadi sampai yang berbis wisata.


Kalau jalan menuju toilet, coba lihat ke sebelah kanan. Berbaris rapi di sebuah gubuk kecil yang tidak dibatasi apapun, deretan jamur tumbuh subur. Bukan jamur dinding yak. Apalagi jamur kamar mandi. Yang ada di gubuk kecil itu adalah jamur-jamur yang memang dibudidayakan Jejamuran untuk bahan baku masakan mereka. Kalau ditilik dari media tempat tumbuhnya si jamur, jamur-jamur ini emang elit, tempat tumbuhnya bersih.

Sampai di toilet, cukup bahagia rasanya. Toiletnya terang benderang, ada sekitar 4-5 bilik di bagian perempuan. Bersih, dijaga dengan awas oleh dua orang yang siaga di bagian depan, tepat di pemisah antara bagian perempuan dan laki-laki. Airnya bersih dan berlimpah. Tisunyapun siap sedia. Siplah, gak perlu resah buat mampir di toiletnya.

Makanan dataaaaaang. Hmmmmmm nyam nyam slurp. Luar biasa.

Dari tampilannya aja, si sate jamur dan jamur panggang ini gak mirip sama jamur. Kalo buat ngusilin orang yang takut makanan aneh, diem aja, gak usah ngaku kalo ini jamur, trus liat reaksinya pas makan. Rasa-rasanya siiih, orang itu gak bakalan terlalu nyadar. Pas jamur-jamur ini digigit, lembut, tapi gak yang ajur, cepet ancur. Bumbu-bumbunya juga enak, gak yang berubah jadi aneh pas dipadukan dengan jamur.


Makan berbagai hidangan ini bener-bener not guilty lah. Soale jamur kan gak berlemak kayak daging. Harganyapun gak brantem ama kantong. Di Jakarta ada gak sih si Jejamuran ini? Lumayan kan buat yang mau makanan sehat dengan harga bersahabat.

Total makan berdua (termasuk minum +nasi + ppn):
± Rp120.000

Membekali diri dengan jamur crispy (jamur digoreng tepung) dan ampyang (cookies cokelat kacang), kita siap lanjuut sampai Losari Coffee Plantation!



Comments

Popular posts from this blog

Lenovo Yoga Book: Beli, enggak, beli, enggak