LCP Part.II: Day 1 - Breakfast at Yogya




Abis nemu rekan yang sama-sama punya semangat Wisata Lokal Gak Kalah Keren! eke dan Ms. A bagi-bagi tugas. Eke booking penerbangan, Ms.A booking hotel. Hasilnya, tanggal 25 Mei 2010 pagi hari kita berdua terbang ke Yogyakarta dengan Air Asia - that famous low cost airplane - dan mendarat dengan sukses di Bandara Adi Sucipto.
Tiket PP untuk 2 orang: Rp1.340.000
(PP @ Rp670.000)


Berhubung check-in hotel jam 14.00, dari Jakarta kita berdua sepakat, sampai Adi Sucipto kita

harus breakfast at tiffany’s, eits salah. Maksudnya sarapan di Malioboro, Yogyakarta. Tapi, gak boleh resto, bahkan warung. Sarapannya kudu, harus, wajib ngemper di pinggir jalan!
Begitu menginjak Bandara Adi Sucipto, kita nyari-nyari tempat penitipan tas. Soale, gak lucu aja kalo nyari sarapan di Malioboro sambil manggul atau nyeret tas segede gaban. Tempat penitipannya ada di bagian luar, di jejeran kedai makanan di bangunan bandara.
Biaya penitipan tas/ koper: @ Rp10.000

Nah inilah saatnya nyobain Trans Yogya, sarana transportasi mirip di Jakarta,


minus busway. Enak dan praktis. Bagus juga pemdanya nerapin Trans Yogya sebelum warganya keblinger

beli mobil atau motor dan keblenger ama riwehnya angkot kayak di Jakarta dan Bogor.
Ongkos Trans Yogya: @ Rp3000


Turunlah kita di shelter bus di daerah Malioboro. Trotoarnya lebar, teduh berkat jejeran pohon rindang, lumayan rapih, dan cukup bersih. Bikin iri to the max. Sepanjang perjalanan banyak tukang becak yang nawarin “paket wisata becak” seharga Rp5000. Kalo gak buru-buru, mau juga sih. Sayangnya, acara di Malioboro cuma bisa sampe jam 1-an sebelum nanti dijemput supir hotel.


Kalo diperhatiin, tukang becak dan pedagang makanan di Malioboro pada pake seragam. Lucu juga sih. Tapi kayaknya jauh lebih keren lagi kalo seragamnya itu ada sentuhan Yogya, misal, ada batik-batiknya dikit.


Jalan bolak-balik di Malioboro, jadilah kita sarapan pake pecel, soale eke gak doyan Gudeg. Ms. A pake nasi. Eke cuma sayurnya aja, nyiapin kantong perut buat makan yang lain. Enak banget ya alfresco, makan di pinggir jalan, sambil menghirup udara yang gak penuh polusi. Nyam nyam …

Pecel: tanpa nasi, teh tawar anget, dan peyek 2 bks Rp4000-5000

Kenyang berpecel ria, kita lanjut ke Bringharjo. Waw … asik ya, pasar batik yang modelnya mirip pasar tradisional di sini, minus becek dan bau. Wajar sih, kan jualan baju bukan daging. Bajunya lumayan murah. Kaos yang di Tanah Abang dijual Rp25.000, di sini dijual Rp15.000. Ngider-ngider, Ms. A beli dress batik Rp80.000-an. Eke beli kaos ala Yogya Rp25.000. Males belanja banyak-banyak, takut capek bawanya.



Abis dari Bringharjo, kita nyebrang ke toko batik versi lebih mewah, Di sana banyak

batik versi lebih bagus dari Bringharjo (tapi juga lebih mahal). Inget punya ponakan di rumah, eke beli mainan dari kayu: cermin kayu yang dibatik (Rp10.000), becak kayu (Rp9000), dan kereta kayu (Rp9000).

Sambil nunggu datengnya supir hotel, kita duduk-duduk di luar sambil minum jamu. Yap sepanjanag jalan banyak tukang jamu. Enakan jamu yang beli di Yuk Jamu, dibandingin beli jamu di tukang minuman yang juga jualan soft drink di depan …

Supir kami dataaaaaaaang …. mari menjemput tas dan koper di bandara lalu lanjut ke Losari Coffee Plantation.


Comments

Popular posts from this blog

Lenovo Yoga Book: Beli, enggak, beli, enggak